Kamis, 23 Januari 2014

MANAJEMEN KONFLIK






MANAJEMEN KONFLIK


Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan LPI
Dosen Pengampu :

Disusun oleh:


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2014


A.      Definisi tentang Konflik Organisasi Sekolah Islam
Istilah konflik berasal dari kata con-figere, atau conficium yang artinya benturan menunjuk pada semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, pertentangan, perkelaian, oposisi dan interaksi-interaksi yang bersifat antagonis. Menurut Miles istilah konflik menunjuk pada suatu kondisi dimana dua kelompok tidak mampu mencapai tujuan-tujuan mereka secara simultan. Dalam hal ini perbedaan dalam tujuan merupakan penyebab munculnya konflik.
Pendapat itu sejalan dengan batasan konflik yang dikemukakan oleh Dubin bahwa konflik berkaitan erat dengan suatu motif, tujuan, keinginan, atau harapan dari dua individu atau kelompok tidak dapat berjalan secara bersamaan. Adanya ketidaksepakatan tersebut dapat berupa ketidaksetujuan terhadap tujuan yang ditetapkan atau juga terhadap metode-metode yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka Mempengaruhi Kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
Sementara itu Pondi menjelaskan bahwa munculnya organisasional disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: (1) terdapatnya keterbatasan sumber daya manusia dalam organisasi, (2) adanya tuntutan otonomi dalam setiap unit atau lebih dalam organisasi, dan (3) tidak adanya kerja sama antar kelompok dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama.
Konflik organisasi (organizational Confict) adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.
Perbedaan konflik dan persaingan (competition) terletak pada apakah salah satu pihak mampu untuk menjaga dirinya dari gangguan pihak lain dalam pencapaian tujuannya.

B. Penyebab timbulnya konflik
Konflik lahir dari tekanan- tekanan yang tidak dapat diterima oleh individu-individu sebagai anggoya organisasi ( Owen, 1995;Robbins, 1984). Dengan mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan individu dalm organissi akan memberikan gambaran terhadap seluruh anggota organisasi untuk memperbaiki hubungan antar pribadi yang diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Apabila terdapat ketidak sesuaian paham pada sebuah situasi sosial tentang pokok-pokok pikiran tertentu dan atau terdapat adanya antagonism antargonisme emosional, maka akan muncul situasi konflik.
            Sumber-sumber konflik pada setiap individu yang mengelaminya sangat bervariasi. Hal ini tergantung pada persepsi atau penafisiran individu terhadap lingkungannya. Walaupun demikian paling tidak sumber-sumber yang menjadi pendahuluan terjadinya konflik dalam organisasi antara lain adalah :
1.      Adanaya persaingan
2.      Ketergantungan pekerjaan
3.      Kekaburan bidang tugas
4.      Perbedaan tujuan
5.      Problem status
6.      Rintangan komunikasi
7.      Sifat-sifat individu
Menurut Muhyadi konflik dalm organisasi disebabkan oleh adanya saling ketergntungan kerja, perbedaan tujuan, perbedaan persepsi, dan peningkatan permintaan tenaga ahli. Sedangkan Arikunto menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa sebab- sebab terjadinya konflik adalah :
1.      Adanya kesalah pahaman (kegagalan komunikasi)
2.      Keadaan pribadi individu- individu yang saling berkonflik
3.      Pebedaan nilai, pandangan, dan tujuan
4.      Perbedaan standar penampilan
5.      Perbedaan-perbedaan yang berkenaan dengfan cara
6.      Hal-hal yang menyangkut pertanggung jawaban
7.      Kurangnya kemampuan dalam unsur organisasni
8.      Hal-hal yang berkenaan dengan kekuasaan
9.      Adanya frustasi dan kejengkelan
1.  Adanya kompetesi karena merebutkan sumber yang terbatas
11.  Tidak mensetujui butir-butir dalm peraturan dan kebijakan
Pada umunya konflik yang terjadi di sekolah/ sekolah islam karena:
1.      Adanya perbedaan persepsi terhadap suatu pekerjaa
2.      Perbedaan sifat dan karakteristik yang ada pada setiap individu
3.      Terjadinya salah faham dalam komunikasi
4.      Perbedaan nilai, pandangan dan tujuan
5.      Tidak mnesetujui terhadap butir-butir yang terdapat dalam hasil keputusan
6.      Adanya frustasi dan kejengkelan terkait dengan masalah pribadi yang didalamnya
7.      Berkaitan dengan pertanggungjawaban dalam kerja team
8.      Persaingan memeperebutkan status/ promosi
9.      Berkurangnya sumber-sumber tertentu seperti kekuasaan, pengaruh uang, waktu ruang, popularitas, dan posisi
Semua permasalahan tersebut teridentifikasi berdasarkan beberapa hasil penelitian yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang manajemen pendidikan dan informasi dari kepala-kepala sekolah   
            Tingkatan- tingkatan konflik di lembaga pendidikan Islam
Orang-orang dalam bidang pekerjaan, mereka mnghadapi konflik-konflik diantara empat macam tingkatan berikut:
1.      Konflik intraperorangan
Diantara konflik-konflik penting yang mempengaruhi peuilaku di dalm organisasi-organisasi dapat disebut konflik yang hanya berkaitan dengan individu tertentu. Kita menemakannya konflik interperorangan dan salah satu contohnya adalah konflik “orang peranan”. Mereka seringkali mencakup tekanan-tekanan yang tidak kompatibel.
2.      Konflik antarperorangan
Konflik antarperorangan timbul antara sesoran individu atau banyak individu. Ia dapat bersifat substansif, emosional atau kedua duanya. Setiap orang memilki pengalaman dengan konflik antarperorangan ia merupakan bentuk konflik yang dhadapi oleh para menajer, mengingat sifat yang sangat antar perorangan dari peranan manajerial itu sendiri.
3.      Konflik antarkelompok
Tingkat konflik lain didalam organisasi-organisai terjadi antara kelompok. Konflik antar kelompok merupakan yang biasa dalm organisasi dan ia menyebabkan tgas koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan tugas menjadi sulit. Ada sebuah contoh klasik berup pertentangan dalm hubungan-hubungan kerja natar personil bidang penjualan dan personil bidang produksi
Para manajer berdasarkan pada interface hubungan-hubungan antar kelompok dan setiap konflik yang timbul oleh karenanya. Pada saat-saat tertentu, sang manajer bertindak sebagai sesorang penghubung yang secara langsung mengaitkan menghubungkan unit kerjanya dengan unit kerja lain. Pada saat lain, sang manajer merupakan otoritas tingkat yang lebih tinggi yang memilki bawahan berupa sejumlah subunit
pada masing-masing kasus, hubungan-hubungan antar kelompok perlu dikelola dengan baik guna mempertahankan kerja samaa dan menghindari konsekuensi-konsekuensi disfngsional dari setiap konflik yang muncul
4.      Konflik antar pegawai denagn manajemen
Konflik antara pegawai dengna pemimpin merupakan suatua hala yang pentinahn untuk bisa ditangani dengan baik oleh manajer personalia. Konflik jenis ini munglatif mungkin relative lebih sulit karena sering tidak dinyatakan secar terbuka. Umumnya pihak karyawan lebih cenderung untuk diam, meskipun mengalami pertentangan dengan pihak atasan.
Yang penting konflik-konflik yang muncul di manaje sesuai dengan kepentingan organisasi – organisasi atau lembaga yang bersangkutan dan para individu yang terlibat di dalamnya. Apabila hal tersebut dapat dicapai, manfaatnya sangat besar
5.      Konflik-konflik konstruktif dan konflik-konflik destruktif
Kinflik-konflik yang terjadi pada organisasi-organisasi atau lembaga dapat memusingkan orang-orang yang alngsung terlibat di dalamnya dan pihak lain yang mengobservasinya atau mereka yang dipengaruhinya oleh konflik demikian. Produk sampingan yang biasanya muncul adalah perasaan stress. Stress dapat bersifat sangat mengganggu, apabila kita berada dalam lingkungan, dimana dua orang pegawai terus-menerus bersikap bermusuhan satu sama lainnya.

C.      Metode-metode Pengelolaan konflik
1.      Metode stimulasi konflik
Konflik dapat menimbulkan dinamika dan pencapaian cara-cara yang lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan kerja dalam suatu kelompok. Situasi dimana konflik terlalu rendah akan menyebabkan para pegawai takut berinisiatif dan menjadi pasif. Kejadian-kejadian, perilaku dan informasi yang dapat mengarahkan orang-orang bekerja lebih baik diabaikan; para anggota kelompok saling bertoleransi terhadap kelemahan dan kejelekan pelaksanaan kerja. Manajer dari kelompok seperti ini perlu merngsang timbulnya persaingan dan konflik yang dapat mempunyai efek penggemblengan.
Metode simulasi konflik meliputi
Pemasukan atau penempatan orang luar ke dalam kelompok
1.      Penyusunan kembali organisasi
2.      Penawaran bonus, pembayaran insentif dan penghargaan untuk mendorong persaingan
3.      Pemilihan manajer-manajer yang tepat
4.      Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan
2.      Metode penyelesaian konflik
Metode pemyelesaian konflik yang akan dibahas berkenaan dengan kegiatan-kegiatan para manajer yang dapat secara lengsung mempengaruhi pihak-pihak yang bertentangan. Metode- metode penyelesaian konflik lainnya yang dapat digunakan, mencakup perubahan dalam struktur organisasi, mekanisme koordinasi dsb.
            Ada tiga metode penyelesaian konflik yang sering digunakan yaitu :
1.         Dominasi dan penekanan
Dominasi dan penekanan dapat dilakukan dengan berbgai cara:
a.         Kekerasan (forcing) yang bersifat penekanan otokratik
b.        Penenangan (smoothing) merupakan cara yang diplomatis
c.    Penghindaran (avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas
d.   Aturan mayoritas (majority ruler) mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan melakukan pemunungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil
2.         Kompromi
Bentuk-bentuk kompromi meliputi:
a.    Pemisahan (separation) dimana pihak-pihak yang sedang bertentangan dipisahkan sampai mereka mencari persetujuan
b.    Arbitrasi (perwasitan) dimana pihak ketiga (biasanya manajer) diminta memberi pendapat;
c.    kembali ke peraturan-peraturan yang berlaku, dimana kemacetan dikembalikan pada ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan menyetujui bahwa praturan-peraturan yang memutuskan penyelesaian konflik
d.   penyuapan (bribing) dimana salah satu pihak menerima kompensasi dalam pertukaran untuk tercapainya penyelesaian konflik.
3.         Pemecahan Masalah Integratif
Ada tiga jenis metode penyelesaian konflik integratif:
a.    Konsensus, dimana pihak-pihak yang sedang bertentangan bertemu bersama untuk mencari penyelesaian terbaik masalah mereka, dan bukan mencari kemenangan suatu pihak.
b.    Konfrontasi, dimana pihak-pihak yang saling berhadapan menyatakan pendapatnya secara langsung satu sama lain dan dengan kepemimpinan yang terampil dan kesediaan untuk menerima penyelesaian, suatu penyelesaian konflik yang rasional sering dapat diketemukan.
c.    Penggunaan tujuan-tujuan yang lebih (superordinate goals) dapat juga menjadi metode penyelesaian konflik bila tujuan tersebut disetujui bersama.








KESIMPULAN

Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi.
Arikunto menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa sebab- sebab terjadinya konflik adalah : Adanya kesalah pahaman (kegagalan komunikasi); Keadaan pribadi individu- individu yang saling berkonflik; Pebedaan nilai, pandangan, dan tujuan; Perbedaan standar penampilan; Perbedaan-perbedaan yang berkenaan dengan cara; Hal-hal yang menyangkut pertanggung jawaban; Kurangnya kemampuan dalam unsur organisasni; Hal-hal yang berkenaan dengan kekuasaan; Adanya frustasi dan kejengkelan; Adanya kompetesi karena merebutkan sumber yang terbatas; Tidak mensetujui butir-butir dalm peraturan dan kebijakan
Ada tiga metode penyelesaian konflik yang sering digunakan yaitu :
1.      Dominasi dan penekanan: Kekerasan (forcing); Penenangan (smoothing); Penghindaran (avoidance) dimana; Aturan mayoritas (majority ruler)
2.      Kompromi: Pemisahan (separation) Arbitrasi (perwasitan);  kembali ke peraturan-peraturan yang berlaku; penyuapan (bribing)
3.      Pemecahan Masalah Integratif: Konsensus; Konfrontasi, Penggunaan tujuan-tujuan yang lebih (superordinate goals)













DAFTAR PUSTAKA