MANAJEMEN KONFLIK
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah
Manajemen
Pendidikan LPI
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2014
A. Definisi
tentang Konflik Organisasi Sekolah Islam
Istilah konflik berasal
dari kata con-figere, atau conficium yang artinya benturan
menunjuk pada semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, pertentangan,
perkelaian, oposisi dan interaksi-interaksi yang bersifat antagonis. Menurut
Miles istilah konflik menunjuk pada suatu kondisi dimana dua kelompok tidak
mampu mencapai tujuan-tujuan mereka secara simultan. Dalam hal ini perbedaan
dalam tujuan merupakan penyebab munculnya konflik.
Pendapat itu sejalan
dengan batasan konflik yang dikemukakan oleh Dubin bahwa konflik berkaitan erat
dengan suatu motif, tujuan, keinginan, atau harapan dari dua individu atau
kelompok tidak dapat berjalan secara bersamaan. Adanya ketidaksepakatan
tersebut dapat berupa ketidaksetujuan terhadap tujuan yang ditetapkan atau juga
terhadap metode-metode yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Manajemen konflik merupakan
serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu
konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk
tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi
kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik)
sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang
situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat
terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross
(1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang
diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke
arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir
berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan
ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik
dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah
(dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak
ketiga. Suatu pendekatan
yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi
(termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka Mempengaruhi Kepentingan dan
penafsiran terhadap konflik.
Sementara itu Pondi
menjelaskan bahwa munculnya organisasional disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut: (1) terdapatnya keterbatasan sumber daya manusia dalam organisasi, (2)
adanya tuntutan otonomi dalam setiap unit atau lebih dalam organisasi, dan (3)
tidak adanya kerja sama antar kelompok dalam organisasi untuk mencapai tujuan
bersama.
Konflik organisasi
(organizational Confict) adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih
anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya
kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan
kerja atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan,
nilai atau persepsi.
Perbedaan konflik dan
persaingan (competition) terletak pada apakah salah satu pihak mampu untuk
menjaga dirinya dari gangguan pihak lain dalam pencapaian tujuannya.
B. Penyebab
timbulnya konflik
Konflik lahir dari
tekanan- tekanan yang tidak dapat diterima oleh individu-individu sebagai
anggoya organisasi ( Owen, 1995;Robbins, 1984). Dengan mengekspresikan
kebutuhan-kebutuhan individu dalm organissi akan memberikan gambaran terhadap
seluruh anggota organisasi untuk memperbaiki hubungan antar pribadi yang
diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Apabila terdapat ketidak sesuaian
paham pada sebuah situasi sosial tentang pokok-pokok pikiran tertentu dan atau
terdapat adanya antagonism antargonisme emosional, maka akan muncul situasi
konflik.
Sumber-sumber
konflik pada setiap individu yang mengelaminya sangat bervariasi. Hal ini
tergantung pada persepsi atau penafisiran individu terhadap lingkungannya.
Walaupun demikian paling tidak sumber-sumber yang menjadi pendahuluan
terjadinya konflik dalam organisasi antara lain adalah :
1.
Adanaya persaingan
2.
Ketergantungan pekerjaan
3.
Kekaburan bidang tugas
4.
Perbedaan tujuan
5.
Problem status
6.
Rintangan komunikasi
7.
Sifat-sifat individu
Menurut Muhyadi konflik
dalm organisasi disebabkan oleh adanya saling ketergntungan kerja, perbedaan
tujuan, perbedaan persepsi, dan peningkatan permintaan tenaga ahli. Sedangkan Arikunto menyimpulkan dari hasil
penelitiannya bahwa
sebab- sebab terjadinya konflik adalah :
1.
Adanya kesalah pahaman (kegagalan
komunikasi)
2.
Keadaan pribadi individu- individu yang
saling berkonflik
3.
Pebedaan nilai, pandangan, dan tujuan
4.
Perbedaan standar penampilan
5.
Perbedaan-perbedaan yang berkenaan
dengfan cara
6.
Hal-hal yang menyangkut pertanggung
jawaban
7.
Kurangnya kemampuan dalam unsur
organisasni
8.
Hal-hal yang berkenaan dengan kekuasaan
9.
Adanya frustasi dan kejengkelan
1.
Adanya kompetesi karena merebutkan
sumber yang terbatas
11.
Tidak mensetujui butir-butir dalm peraturan
dan kebijakan
Pada umunya konflik yang terjadi di sekolah/ sekolah
islam karena:
1.
Adanya perbedaan persepsi terhadap suatu
pekerjaa
2.
Perbedaan sifat dan karakteristik yang
ada pada setiap individu
3.
Terjadinya salah faham dalam komunikasi
4.
Perbedaan nilai, pandangan dan tujuan
5.
Tidak mnesetujui terhadap butir-butir
yang terdapat dalam hasil keputusan
6.
Adanya frustasi dan kejengkelan terkait
dengan masalah pribadi yang didalamnya
7.
Berkaitan dengan pertanggungjawaban
dalam kerja team
8.
Persaingan memeperebutkan status/
promosi
9.
Berkurangnya sumber-sumber tertentu
seperti kekuasaan, pengaruh uang, waktu ruang, popularitas, dan posisi
Semua permasalahan
tersebut teridentifikasi berdasarkan beberapa hasil penelitian yang dikemukakan
oleh para ahli dalam bidang manajemen pendidikan dan informasi dari kepala-kepala sekolah
Tingkatan-
tingkatan konflik di lembaga pendidikan Islam
Orang-orang dalam bidang pekerjaan,
mereka mnghadapi konflik-konflik diantara empat macam tingkatan berikut:
1.
Konflik intraperorangan
Diantara
konflik-konflik penting yang mempengaruhi peuilaku di dalm
organisasi-organisasi dapat disebut konflik yang hanya berkaitan dengan
individu tertentu. Kita menemakannya konflik interperorangan dan salah satu
contohnya adalah konflik “orang peranan”. Mereka seringkali mencakup
tekanan-tekanan yang tidak
kompatibel.
2.
Konflik antarperorangan
Konflik
antarperorangan timbul antara sesoran individu atau banyak individu. Ia dapat
bersifat substansif, emosional atau kedua duanya. Setiap orang memilki
pengalaman dengan konflik antarperorangan ia merupakan bentuk konflik yang
dhadapi oleh para menajer, mengingat sifat yang sangat antar perorangan dari
peranan manajerial itu sendiri.
3.
Konflik antarkelompok
Tingkat
konflik lain didalam organisasi-organisai terjadi antara kelompok. Konflik
antar kelompok merupakan yang biasa dalm organisasi dan ia menyebabkan tgas
koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan tugas menjadi sulit. Ada sebuah
contoh klasik berup pertentangan dalm hubungan-hubungan kerja natar personil
bidang penjualan dan personil bidang produksi
Para
manajer berdasarkan pada
interface hubungan-hubungan antar kelompok dan setiap konflik yang timbul oleh
karenanya. Pada saat-saat tertentu, sang manajer bertindak sebagai sesorang
penghubung yang secara langsung mengaitkan menghubungkan unit kerjanya dengan
unit kerja lain. Pada
saat lain, sang manajer merupakan otoritas tingkat yang lebih tinggi yang
memilki bawahan berupa sejumlah subunit
pada masing-masing kasus, hubungan-hubungan
antar kelompok perlu dikelola dengan baik guna mempertahankan kerja samaa dan
menghindari konsekuensi-konsekuensi disfngsional dari setiap konflik yang
muncul
4.
Konflik antar pegawai denagn manajemen
Konflik
antara pegawai dengna pemimpin merupakan suatua hala yang pentinahn untuk bisa
ditangani dengan baik oleh manajer personalia. Konflik jenis ini munglatif
mungkin relative lebih sulit karena sering tidak dinyatakan secar terbuka.
Umumnya pihak karyawan lebih cenderung untuk diam, meskipun mengalami
pertentangan dengan pihak atasan.
Yang penting konflik-konflik yang muncul
di manaje sesuai dengan kepentingan organisasi – organisasi atau lembaga yang
bersangkutan dan para individu yang terlibat di dalamnya. Apabila hal tersebut
dapat dicapai, manfaatnya sangat besar
5.
Konflik-konflik konstruktif dan
konflik-konflik destruktif
Kinflik-konflik
yang terjadi pada organisasi-organisasi atau lembaga dapat memusingkan
orang-orang yang alngsung terlibat di dalamnya dan pihak lain yang
mengobservasinya atau mereka yang dipengaruhinya oleh konflik demikian. Produk
sampingan yang biasanya muncul adalah perasaan stress. Stress dapat bersifat
sangat mengganggu, apabila kita berada dalam lingkungan, dimana dua orang
pegawai terus-menerus bersikap bermusuhan satu sama lainnya.
C.
Metode-metode Pengelolaan konflik
1.
Metode stimulasi konflik
Konflik
dapat menimbulkan dinamika dan pencapaian cara-cara yang lebih baik dalam
pelaksanaan kegiatan kerja dalam suatu kelompok. Situasi dimana konflik terlalu rendah akan menyebabkan
para pegawai takut berinisiatif dan menjadi pasif. Kejadian-kejadian, perilaku
dan informasi yang dapat mengarahkan orang-orang bekerja lebih baik diabaikan;
para anggota kelompok saling bertoleransi terhadap kelemahan dan kejelekan
pelaksanaan kerja. Manajer dari kelompok seperti ini perlu merngsang timbulnya
persaingan dan konflik yang dapat mempunyai efek penggemblengan.
Metode
simulasi konflik meliputi
Pemasukan
atau penempatan orang luar ke dalam kelompok
1. Penyusunan
kembali organisasi
2. Penawaran
bonus, pembayaran insentif dan penghargaan untuk mendorong persaingan
3. Pemilihan
manajer-manajer yang tepat
4. Perlakuan
yang berbeda dengan kebiasaan
2.
Metode penyelesaian konflik
Metode
pemyelesaian konflik yang akan dibahas berkenaan dengan kegiatan-kegiatan para
manajer yang dapat secara lengsung mempengaruhi pihak-pihak yang bertentangan.
Metode- metode penyelesaian konflik lainnya yang dapat digunakan, mencakup
perubahan dalam struktur organisasi, mekanisme koordinasi dsb.
Ada
tiga metode penyelesaian konflik yang sering digunakan yaitu :
1.
Dominasi dan penekanan
Dominasi
dan penekanan dapat dilakukan dengan berbgai cara:
a.
Kekerasan (forcing) yang bersifat
penekanan otokratik
b.
Penenangan (smoothing) merupakan cara
yang diplomatis
c. Penghindaran
(avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas
d. Aturan
mayoritas (majority ruler) mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok
dengan melakukan pemunungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil
2.
Kompromi
Bentuk-bentuk
kompromi meliputi:
a. Pemisahan
(separation) dimana pihak-pihak yang sedang bertentangan dipisahkan sampai
mereka mencari persetujuan
b. Arbitrasi
(perwasitan) dimana pihak ketiga (biasanya manajer) diminta memberi pendapat;
c. kembali
ke peraturan-peraturan yang berlaku, dimana kemacetan dikembalikan pada
ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan menyetujui bahwa
praturan-peraturan yang memutuskan penyelesaian konflik
d. penyuapan
(bribing) dimana salah satu pihak menerima kompensasi dalam pertukaran untuk
tercapainya penyelesaian konflik.
3.
Pemecahan Masalah Integratif
Ada
tiga jenis metode penyelesaian konflik integratif:
a. Konsensus,
dimana pihak-pihak yang sedang bertentangan bertemu bersama untuk mencari
penyelesaian terbaik masalah mereka, dan bukan mencari kemenangan suatu pihak.
b. Konfrontasi,
dimana pihak-pihak yang saling berhadapan menyatakan pendapatnya secara
langsung satu sama lain dan dengan kepemimpinan yang terampil dan kesediaan
untuk menerima penyelesaian, suatu penyelesaian konflik yang rasional sering
dapat diketemukan.
c. Penggunaan
tujuan-tujuan yang lebih (superordinate goals) dapat juga menjadi metode
penyelesaian konflik bila tujuan tersebut disetujui bersama.
KESIMPULAN
Manajemen konflik termasuk
pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada
bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan
bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi.
Arikunto menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa sebab- sebab
terjadinya konflik adalah : Adanya kesalah pahaman (kegagalan komunikasi); Keadaan
pribadi individu- individu yang saling berkonflik; Pebedaan nilai, pandangan,
dan tujuan; Perbedaan standar penampilan; Perbedaan-perbedaan yang berkenaan
dengan cara; Hal-hal yang menyangkut pertanggung jawaban; Kurangnya kemampuan
dalam unsur organisasni; Hal-hal yang berkenaan dengan kekuasaan; Adanya
frustasi dan kejengkelan; Adanya kompetesi karena merebutkan sumber yang
terbatas; Tidak mensetujui butir-butir dalm peraturan dan kebijakan
Ada tiga metode
penyelesaian konflik yang sering digunakan yaitu :
1.
Dominasi dan penekanan: Kekerasan (forcing); Penenangan (smoothing); Penghindaran (avoidance) dimana; Aturan mayoritas (majority ruler)
2.
Kompromi: Pemisahan (separation) Arbitrasi
(perwasitan); kembali ke
peraturan-peraturan yang berlaku; penyuapan
(bribing)
3.
Pemecahan Masalah Integratif: Konsensus; Konfrontasi, Penggunaan tujuan-tujuan
yang lebih (superordinate goals)
DAFTAR PUSTAKA