EPISTEMOLOGI FPI II
(Sumber dan Pendekatan Dalam FPI)
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Drs.Toto Suharto, M.Ag.
Disusun oleh :
FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2012
BAB I
PENGANTAR
Makalah ini berisikan mengenai sumber dan pendekatan filsafat pendidikan islam. Dimana
asal muasal atau sumber dari filsafat pedidikan islam yang pokok adalah
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sebagaimana dalam firman Allah surat An-nisa’
ayat 59:
4:59. “Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.”
Dan Hadits Rasulullah:
“telah kutinggalkan kepadamu dua hal, engkau tidak akan tersesat sesudah keduanya , ialah kitab Allah (al-qur’an) dan sunnahku” (HR.Hakim dari Abu Hurairah)
Ketika
kita ingin mengetahui sesuatu, kita memerlukan suatu pendekatan guna
menggali informasi yang kita butuhkan. Begitu juga ketika kita
mempelajari filsafat pendidikan islam. Kita memerlukan pendekatan guna
menguak segala sesuatu mengenai filsafat pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN
- Sumber-sumber Pendidikan Islam
Islam
adalah agama yang memiliki ajaran sempurna. Sebagai agama yang
sempurna, islam dengan kitab yang diwahyukan kepada utusanNya
dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup hingga akhir zaman. Islam tidak
hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah,
penyerahan diri kepada Allah dan kebahagiaan hidup di dunia saja, tetapi
termasuk di dalamnya mengatur tentang masalah pendidikan.
Sumber
untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah Alqur’an dan
As-sunnah. Sebagai sumber ajaran, Alqur’an telah dibuktikan oleh para
peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah
pendidikan dan pengajaran, dalam surat Al-Baqarah ayat: 269 diterangkan
sebagai berikut:
“Allah
menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang
banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah)”.
Dapat
dilihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada
Al-Qur’an dan Al-Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang
pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata
amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini
di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang
menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari
kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan
seterusnya.
Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah :
“
Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah
kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami
menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba
kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada
jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )”[1]
Al-Qur’an sebagai sumber dari segala sumber hukum islam hanya
memuat prinsip-prinsip dasar ajaran agama islam. Adapun sebagian
ayatnya yang menguraikan prinsip-prinsip dasar tersebut secara rinci merupakan contoh dan petunjuk bahwa seluruh isi kandungan AlQur’an masih perlu penjelasan.
Penjelasan
Al-Qur’an dapat ditemukan pada sunnah Rasul. Sunnah Rasul merupakan
cermin dari segala tingkah laku Rasulullah SAW yang harus diteladani.
Dan ini adalah salah satu alat pendidikan yang paling efektif dalam
pembentukan pribadi muslim. Karena isi Al-Qur’an yang global dan tidak
dapat diurai, kecuali melalui sunnah Rasul, maka sumber kedua setelah al-qur’an ialah sunnah Rasul tersebut.
Sunnah Rasulullah, yang juga merupakan sumber pendidikan islam telah memberi sumbangan berupa
perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad
saw. telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education). Hal ini didukung dengan bukti hadits Rasulullah yang artinya: “carilah ilmu sampai kenegri china”.
Dan Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”[2]
Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :
- Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.
- Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
- Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.
Hal
ini jelas memperlihatkan bahwa Islam sebagai agama yang
ajaran-ajarannya bersumber pada Alqur’an dan sunah rasul sejak masa
Rasulullah dengan contoh pendidikan dan pengajaran dari Rasul. Al-Qur’an
telah mengangkat martabat kehidupan manusia. Dengan Al-Qur’a kini di
akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang
menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dari kehinaan
menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan
seterusnya.[3]
Menurut Hasan Langgulung, sumber pendidikan islam ada enam:
- al-Qur;an
- sunnah
- kata sahabat
- kamaslahatan sosial
- nilai-nilai kebiasaan sosial
- pemikir-pemikir islam.[4]
Pendidikan
Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya
yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia:
1. Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya..
2. Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
3. Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya
4. .
Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan
membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta
memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya.
Al-Qur’an
dan sunnnah rasul adalah sumber pokok dalam filsafat pendidikan islam.
Namun ada pula sumber skunder yang mengikuti sumber pokok tersebut.
Yaitu pendapat para filosof atau pemikir-pemikir islam, pendapat para
pemikir islam juga dapat dijadikan sebagai sumber dalam filsafat
pendidikan islam.
Dengan
demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan
adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat
pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang
bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam
pemikiran filsafat pada umumnya.
- Pendekatan Filsafat Pendidikan Islam
Untuk
mempelajari filsafat pendidikan islam perlu adanya
pendekatan-pendekatan.Pendekatan atau metode yang dapat digunakan untuk
mengembangkan filsafat pendidikan islam diantaranya:
Yang pertama,
bahan-bahan yang akan digunkaan untuk mengembangkan filsafat
pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al-qur’an
dan al-hadits yang disertai pendapat para ulama serta para filosof
lainnya, dan bahan yang diambil dari pengalaman empirik dalam praktek
kependidikan
Yang kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari
bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan mealui studi
kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah
diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam menggunakan
al-qur’an dan hadits dapat digunakan jasa ensiklopedi al-qur’an semacam
mu’jam al-mufarras li alfazh al-qur’an al-karim, karangan muhammmad fuad
abd al-baqi (untuk mencari ayat-ayat yang diperlukan), dan mu’jam
al-mufahras li alfazh al-hadits, karangan weinsink (untuk mncari hadits
yang diperlukan)
Yang Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini muzayyin arifin mengajukan alternatif metode analitis-sintetis, yaitu suatu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, deduktif, dan analisis ilmiah.
Yang Keempat, pendekatan. Dalam
hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula dijelaskan
pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan ini
biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori
keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu
pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau.[5]
Selanjutnya
yang akan dikembangkan dan dikaji masalah filsafat pendidikan islam,
maka pendekatan yang digunakan adalah perpaduan dari tiga disiplin ilmu.
Filsafat adalah, kegitan berfikir untuk mencari kebenaran mengenai segala sesuatu yanga ada, baik abstrak maupun kongkret.[6]
Filsafat digunakan sebagai pendekatan dalam mempelajari filsafat
pendidikan. Karena dalam mempelajari pendidikan islam diperlukan
filsafat dan para filosof guna mencari atau menggali informasi-informasi yang berhubungan dengan pendidikan islam.
Ilmu
pendidikan, pendidikan adalah sebuah sistem yang memiliki keterkaitan
antara aspek yang satu dengan aspek yang lain.menurut S.Nasution ada
lima aliran filsafat yang selama ini mempengaruhi konsep pendidikan.
Kelima aliran filsafat tersebut antara lain pereanialisme,idealisme,
pragmatisme dan eksistensialisme. Ilmu pendidikan ini diperlukan sebagai
pendekatan dalam mempelajari filsafat pendidikan islam.
Ilmu
keislaman, ilmu yang mempelajari tentang islam untuk mempelajari
filsafat pendidikan islam juga dapat melalui pendekatan ilmu keislaman.
BAB III
KESIMPULAN
filsafat
pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang pandangan
filosofis dari sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah
kependidikan. Filsafat pendidikan Islam juga menjawab pengaruh
kependidikan terhadap perkembangan dan pertumbuhan manusia muslim dan
umat Islam pada umumnya. Filsafat pendidikan Islam dapat pula menjadi
semacam jalan pemecahan berbagai persoalan dalam pendidikan umat Islam.
Karena itu, filsafat pendidikan Islam bersifat tradisional dan kritis,
serta radikal, sesuai dengan maksud filsafat itu sendiri.
Secara
garis besar filsafat pendidikan agama islam dapat disimpulkan sebagai
kajian filosofis yang mencakup barbagai macam permasalahan dalam
kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al-qur’an dan al-hadits sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya filosof muslim sebagai sumber skunder.
Demikian
makalah ini kami buat sebagai gambaran kita tentang sumber dan
pendekatan dalam filsafat pendidikan islam. Semoga bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,cet II,1997
Ibnu Rusn, Abidin, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan,Yogyakarta:Pustaka Pelajar, cet II,2009
Ibnu Rusn, Abidin, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan,Yogyakarta:Pustaka Pelajar, cet II,2009
[1] M.Ihsan Dacholfany, Filsafat Pendidikan Islam, http://forum.al-ulama.net/viewtopic.php?f=13&t=36, (diakses tanggal 5 Oktober 2010, pukul 19:16)
[2] Ibid, http://forum.al-ulama.net/viewtopic.php?f=13&t=36, (diakses tanggal 5 Oktober 2010, pukul 19:16)
[3] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (cet .I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu,1997 ), hal 12-13
[4] Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan( cet.II; Yogyakarta; Pustaka Pelajar Offset,2009),hal 132
[5]Ibid., hal 21-22